Bioalkohol
Bioalkohol, terutama bioethanol,
merupakan bioenergi yang saat ini banyak diproduksi. Saat ini bioethanol sudah
banyak yang memproduksi dengan skala home
industry. Penggunaannya pun sudah beragam, mulai keperluan memasak yang
dibuktikan dengan dikembangkannya kompor khusus bioethanol dan juga sudah
banyak inovasi mengenai penggunaan bioethanol sebagai campuran bahan bakar
kendaraan bermotor.
Produksi bioethanol yang saat ini
kebanyakan menggunakan bahan dasar berupa pati, menimbulkan permasalahan
tertentu. Pati yang merupakan cadangan makanan tumbuhan, merupakan bagian yang
digunakan oleh manusia maupaun hewan sebagai sumber makanan. Dengan penggunaan
pati sebagai bahan dasar produksi bioethanol, dikhawatirkan akan mengganggu
stabilitas pangan, terutama jika dilakukan produksi bioethanol secara
besar-besaran yang otomatis penggunaan pati untuk produksi bioethanol juga
semakin besar. Jika hal ini dilakukan maka akan mengakibatkan stabilitas pangan
karena adanya pembagian fungsi lahan pertanian, yaitu memproduksi bahan pangan
dan memproduksi bahan dasar bioethanol.
Permasalahan mengenai stabilitas
pangan mungkin saja tidak terjadi jika dilakukan perluasan lahan pertanian.
Perluasan lahan pertanian ini bertujuan agar tidak terbaginya lahan pertanian
penghasil bahan pangan. Akan tetapi perluasan lahan pertanian otomatis akan meningkatkan
kebutuhan lahan. Pembukaan lahan pertanian tidak mungkin menggusur pemukiman,
yang paling mungkin dilakukan adalah dengan membuka lahan baru dengan membabat
hutan. Pembabatan hutan ini akan berdampak buruk bagi ekosistem dan juga
menjadi faktor penyebab global warming.
Permasalahan mengenai stabilitas
pangan dan lahan mungkin tidak berlaku untuk bioethanol generasi kedua.
Bioethanol generasi kedua ini memanfaatkan limbah lignoselulosa yang bukan
merupakan bahan pangan, misalnya jerami padi. Pemanfaatan limbah lignoselulosa
juga tidak menimbulkan permasalahan lahan karena tidak perlu perluasan lahan
untuk produksi lignoselulosa karena hanya memanfaatkan limbah pertanian yang
tidak digunakan.
Permasalahan
untuk bioethanol generasi kedua terletak pada produksinya. Pengolahan
lignoselulosa agar menjadi ethanol jauh lebih rumit daripada pengolahan pati. Proses pengolahan limbah jerami menjadi ethanol lebih
panjang daripada pengolahan bahan baku yang mengandung pati ( amilum ). Hal ini
dikarenakan pada biomassa selulosa terdapat lignin dan hemiselulosa yang
melapisi selulosa. Produksi bioethanol yang berasal dari biomassa lignoselulosa
disebut sebagai bioethanol generasi kedua ( Tan et all, 2008 ). Sebelum proses
fermentasi yang mengubah glukosa menjadi ethanol, limbah jerami harus melewati
dua tahap tambahan yang memecah lapisan lignin dan selulosa serta tahap yang
memecah ikatan selulosa sehingga menjadi glukosa. Tahapan tambahan tersebut
disebut tahap pretreatment dan tahap hidrolisis. Di Indonesia, produksi bioethanol generasi kedua ini masih sangat jarang.
Pada proses produksi bioethanol,
baik generasi pertama maupun kedua, terdapat tahap destilasi dan evaporasi. Tahap ini bertujuan
untuk memurnikan ethanol menjadi lebih dari 95%. Agar dapat digunakan sebagi
bahan bakar maka hasil fermentasi yang menghasilkan 40% harus melewati proses
destilasi untuk memisahkan alkohol dengan air
kemudian diembunkan sekali (evaporasi) (Nurdyastuti, tanpa tahun). Pada tahap ini diperlukan suhu yang tinggi
untuk menguapkan dan meisahkan alkohol dengan bahan lainnya. Untuk memanaskan
otomatis diperlukan energi dalam jumlah yang tidak sedikit. Penggunaan energi
juga menjadi masalah. Jika pemanasan dilakukan secara manual menggunakan api
maka akan turut menyumbang gas rumah kaca.
Penggunaan
bioethanol sebagai sumber energi juga menjadi sedikit masalah. Karena hasil
pembakaran ethanol akan menghasilkan gas CO2 yang merupakan salah
satu gas rumah kaca penyebab global
warming.
Saat ini di Indonesia penggunaan dan
produksi bioethanol yang umum adalah bioethanol generasi pertama. Jika
dilakukan pengembangan produksi bioethanol generasi pertama maka akan berdampak
buruk pada stabilitas pangan dan pengurangan lahan hutan. Sedangkan produksi
bioethanol generasi kedua masih belum banyak dilakukan karena proses yang lebih
rumit. Tahap destilasi dari produksi bioethanol dan hasil pembakaran bioethanol
yang menghasilkan CO2 juga menjadi masalah tersendiri.
Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang
berasal dari minyak nabati. Minyak nabati ini bisa berasal dari minyak jarak,
minyak kelapa sawit, atau minyak lainnya. Biodiesel yang sekarang sudah banyak
diproduksi adalah yang berasal dari minyak jarak. Penggunaan biodiesel ini bisa
digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.
Produksi biodiesel yang berasal dari
minyak nabati ini melalui proses yang cukup rumit. Proses tersebut mencakup
ekstraksi, esterifikasi dan destilasi. Dengan proses produksi yang rumit ini
menjadi kekurangan dari biodiesel sebagai bioenergi. Selain itu, karena
ekstraksi bertujuan mengambil minyak atau asam lemak dari bahan nabati, maka
ototmatis bagian yang bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi biodiesel sangat
sedikit. Tidak semua bagian bahan nabati digunakan. Hal ini dikarenakan
kandungan metabolit sekunder berupa minyak kandungannya sangat sedikit dalam
buah. Sehingga diperlukan sangat banyak bahan baku untuk mendapatkan sejumlah
minyak untuk diolah menjadi biodiesel. Untuk menyediakan bahan baku dalam
jumlah banyak otomatis diperlukan lahan yang luas untuk memproduksi bahan
bakunya sehingga akan menimbulkan masalah baru di bidang pembukaan lahan
pertanian baru.
Pemanfaatan biodiesel yang terbatas
pada mesin diesel, merupakan salah satu kekurangan dari biodiesel. Hal ini
dikarenakan biodiesel tida bisa digunakan sebagai sumber energi lain selain
transportasi atau mesin diesel. Sedangkan seperti yang kita ketahui, kebutuhan
akan bioenergi tidak hanya digunakan untuk faktor transportasi saja.
Biodiesel yang merupakan metil ester
jika mengalami pembakaran akan menghasilkan CO2. Seperti yang kita
ketahui CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi
dalam global warming. Sehingga dengan
semakin banyaknya pemakaian biodiesel sebagai bahan bakar ototmatis juga
menyumbangkan gas rumah kaca yang berakibat pada global warming.
Biogas
Biogas merupakan gas yang dihasilkan
pada pemecahan biomassa secara anaeorbik oleh bakteri-bakteri. Proses
produksinya diperlukan instalasi tertentu yang mampu menampung biomassa dan
tertutpup sehingga dapat dipecah secara anaerob oleh bakteri. Proses pemecahan
menghasilkan gas metan (CH4) sebesar 55-65% dan kemudian diikuti oleh Karbondioksida (CO2)
sebesar 35-45%, selain itu juga mengandung Nitrogen (N2) sebesar 0-3%, Hidrogen
(H2) sebesar 0-1%, Hidrogen
Sulfida (H2S) sebesar 0-1% (El Haq dan Soedjono, 2011). Gas metan inilah yang diharapkan pada produksi biogas.
Beberapa
kelemahan dari biogas yaitu berwujud gas sehingga memiliki sifat mobilitas yang
kurang. Sehingga jika produksi yang dilakukan oleh suatu kampung, proses
distribusinya tidak bisa terlalu jauh. Atau distribusi dilakukan dengan
menggunakan saluran pipa dimana semakin jauh jangkauan distribusi maka
diperlukan infrastruktur yang lebih memadai pula. Diperlukan pengubahan wujud
menjadi cair terlebih dahulu agar mobilitas menjadi lebih mudah.
Kandungan gas
yang kompleks menjadi kekurangan tersendiri dari bagi pemanfaatan biogas.
Kandungan dari biogas yang mengalami pembakaran yaitu metan dan hidrogen
sedangkan gas lainnya menjadi faktor pengganggu dalam pembakaran. Hasil
pembakaran metan yang berupa CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca
penyebab pemanasan global sehingga secara tidak langsung pemakaian biogas juga
berkontribusi pada pemanasan global. Sedangkan pembakaran hidrogen akan
menghasilkan uap air yang bukan gas rumah kaca.
Pemanfaatan
biogas juga masih belum terdiferensiasi. Penggunaan biogas terutama untuk
memenuhi kebutuhan energi untuk dapur. Sedangkan kebutuhan manusia tidak hanya
meliputi energi untuk dapu tetapi juga transportasi dan lainnya. Pengolahan
lebih lanjut diperlukan untuk memanfaatkan biogas sebagai sumber listrik. Akan
tetapi kelemahan yang paling utama yaitu teknologi transportasi yang sekarang
tidak dikembangkan ke arah dimana biogas dijadikan sebagai bahan bakarnya.
Dengan
keterbatasan dan kekurangan dari biogas maka biogas kurang sesuai jika
dikembangkan menjadi advance biofuel yang bisa memenuhi kebutuhan sumber energi
manusia di segala bidang dan aman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Pengembangan lebih lanjut mengnai biogas lebih menjanjikan daripada bentuk
bioenergi lain.
Advance Biofuel
Dari
uraian mengenai biogas diungkapkan bahwa terdapat salah satu penyusun dari
biogas yaitu unsur hidrogen (H2). H2 merupakan salah satu biogas yang efektif dan efisien
sebagai sumber energi alternatif karena menghasilkan energi yang besar pada
saat pembakaran (Miyamoto, 1997) dan
tidak menyisakan gas rumah kaca seperti CO ataupun CO2 (Hansel,
1998).
Salah satu kelebihan dari
biohidrogen ini yaitu energi yang dihasilkan pada proses pembakarannya sangat
besar, yaitu sebesar 118,7 kJ/g. Energi yang dihasilkan tersebut empat kali
lebih besar daripada etanol dan dua kali lebih besar daripada metan (Waites et a.,2001). Dengan energi besar yang
dihasilkan maka biohidrogen ini sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih
lanjut dan diproduksi dengan skala besar.
Selain energi yang dhasilkan dari
pembakaran yang sangat besar, kelebihan lainnya dari biohidrogen yaitu sisa hasil
pembakarannya berupa uap air (H2O) (Waites et al., 2001). Sisa
pembakaran yang tidak menghasilkan gas rumah kaca sehingga tidak berkontribusi
dalam pemanas dian global.
Teknologi pemanfaatan biohidrogen
sebagai sumber energi juga lebih banyak dikembangkan. Baik sektor transportasi
maupun sektor rumah tangga. Sehingga pemanfaatan dan pemakaian biohidrogen bisa
mencakup segala kebutuhan manusia.
Biohidrogen
memeliki banyak kelebihan yaitu tidak menghasilkan gas rumah kaca sebagai sisa
pembakaran, mengahasilkan energi yang lebih besar daripada etanol dan metan,
serta pemakaian yang luas sebagai sumber energi. Dengan melihat kelebihan
tersebut maka biohidrogen seharusnya dikembangkan dan diproduksi besar-besaran.
Biohidrogen sudah memenuhi kriteria advance
biofuel yang ramah lingkunngan dan tidak membahayakan kesehatan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar